Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta menyelenggarakan FGD Pemutakhiran Daya Tarik Wisata pada Jumat, 17 November 2023 di Royal Darmo Hotel. Kegiatan ini diikuti oleh berbagai DTW (Destinasi Tujuan Wisata) yang ada di Kota Yogyakarta yang terbagi dalam 6 kluster, antara lain wisata sejarah, wisata budaya, wisata religi, wisata belanja, wisata pendidikan, dan kampung wisata. Museum Biologi masuk dalam kluster wisata pendidikan. Staf Museum Biologi, Ida Suryani ikut dalam FGD tersebut. Tim kajian layanan prima daya tarik wisata Kota Yogyakarta memaparkan hasil kajian sebagai bahan evaluasi untuk mengukur tingkat kepuasan wisatawan, kualitas sarana prsarana, dan juga SOP (standard operational procedure). Hasil kajian Museum Biologi memperoleh kategori B dengan peningkatan nilai skoring dari 52 menjadi 56 dan masuk dalam 10 besar urutan daya tarik wisata berstandar layanan prima di Kota Yogyakarta
Museum Biologi terletak di Jalan Sultan Agung No. 22 Yogyakarta pada awalnya merupakan rumah opsir Belanda. Bangunan ini didirikan pada tahun 1890 dan dialihfungsikan sebagai museum pada tanggal 20 September 1969. Bangunan ini sampai sekarang masih digunakan sebagai museum yang mengoleksi berbagai jenis spesimen hayati yang pengelolaannya berada di bawah Fakultas Biologi UGM Yogyakarta.
Tim TACB, Sektiadi, S.S. M.Hum. mengungkapkan bahwa bangunan ini memiliki khas gaya indis atau kolonial yang berdenah persegi panjang, memiliki teras di depan dan belakang. Pada kedua teras ini terdapat tiang bulat dengan ornamen dan pagar besi berornamen (balustrade). Atap bangunan berbentuk perisai (limas) membujur utara-selatan sesuai dengan panjang bangunan dengan atap menggunakan genteng. Dinding sebagaimana bangunan kolonial lainya berupa tembok berplaster dengan profil (moulding) pada bagian atas. Pintu dan jendela berbentuk persegi dengan kusen kayu dan memiliki bovenlicht pada bagian atas membentuk kisi berbentuk panah. Penilaian ini didampingi oleh Mulyanto, ST, MM, Wakil Kepala Museum Biologi dan staf Museum Biologi.
Hiu memiliki banyak spesies. Salah satu yang paling mudah dikenali adalah hiu martil (Sphyrna spp.). Hal ini dikarenakan bentuk kepalanya yang khas, yaitu pipih dan berbentuk martil. Hiu martil memiliki panjang 2 – 6 meter dengan kepala bagian depannya sangat rata dan melebar sehingga berbentuk seperti martil serta dilengkapi 2 sirip punggung dengan sirip ekor sangat tidak simetris, namun cuping bawahnya memisah.
Hiu martil tergolong dalam predator agresif pemakan ikan, cumi-cumi dan udang. Ikan hiu martil hidup di kawasan perairan hangat sepanjang garis pantai dan paparan benua. Ikan hiu martil juga memiliki peran penting untuk menjaga keseimbangan ekosistem laut sebagai predator puncak. Bentuk kepala ikan hiu martil yang menyerupai martil memudahkannya untuk berbelok. Ikan hiu martil juga memiliki pori sensor electrolocation yang disebut ampullae of lorenzin. Dengan menyebarkan reseptor di berbagai area, hiu martil dapat mencari mangsa dengan lebih efektif. Hiu juga mampu mendeteksi sinyal listrik setengah miliar volt. Kepala yang berbentuk seperti martil juga memberikan keuntungan berupa area penciuman yang lebih luas, meningkatkan potensi menemukan partikel di air sedikitnya 10 kali dibandingkan dengan hiu ‘klasik’ lainnya.
Program Bina Lingkungan Wujudkan Kepedulian Pengelola Museum Biologi Dalam Rangka DIES Natalis ke 54
Museum Biologi Fakultas Biologi UGM genap berusia 54 tahun tanggal 20 September 2023. Dalam rangka rangkaian acara DIES NATALIS ke 54 ini salah satu kegiatanya adalah dengan Program Bina Lingkungan, yaitu berupa pemberian bingkisan ke masyarakat di lingkungan sekitar Museum Biologi UGM, kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 18 September 2023, Kegiatan ini dibagikan sejumlah 27 bingkisan, seperti tukang parkir dan PKL. Kegiatan sosial tersebut merupakan salah satu program bina lingkungan sebagai bentuk kepedulian dengan lingkungan dan bertujuan untuk menjalin hubungan yang baik antara pengelola museum dengan masyarakat sekitar. Melalui kegiatan bina lingkungan, diharapkan semakin banyak orang yang mempunyai rasa handarbeni untuk museum dan ikut serta menjaga kebersihan serta keamanan museum sebagai tempat wisata edukasi.
Orang utan banyak dikenal sebagai primata yang berasal dari Pulau Kalimantan. Padahal di Indonesia sendiri terdapat 3 spesies, yaitu: Kalimantan) (Pongo pygmaeus), Sumatera (Pongo Abelii) dan Tapanuli (Pongo tapanuliensis). Meskipun tergolong dalam satwa yang dilindungi oleh hukum nasional, berdasarkan UU nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya tidak cukup mampu menjaga jumlah populasi orang utan. Kini, ketiga spesies tersebut berstatus ‘sangat terancam punah, oleh International Union for Conservation Nature (IUCN) dalam Red Data List tahun 2016. Meskipun statusnya sama, dikutip dari WWF Indonesia status kepunahan spesies Sumatera yang paling terancam punah di antara dua spesies yang ada di Indonesia.
Layanan museum tidak hanya tamu kunjungan wisata museum saja, tetapi juga tamu kedinasan, fasilitasi komunitas yang berkegiatan, pelajar/mahasiswa yang melakukan magang, penelitian ataupun kerja praktik. Museum Biologi terus meningkatkan kualitas layanan, di antaranya layanan kegiatan magang/penelitian/kerja praktik terbuka bagi pelajar SMK/SMA sederajat dan mahasiswa universitas. Untuk optimalisasi waktu dan sesuai sasaran maksud dan tujuan kegiatan, museum menyediakan borang kegiatan dengan pilihan bidang zoologi dan botani, di mana masing-masing bidang maksimal 2 (dua) orang setiap periode kegiatan.
Indonesia dikenal dengan keragaman budayanya. Salah satu satunya, budaya Suku Jawa dengan upacara-upacara adat yang berkaitan dengan siklus kehidupan manusia, seperti mitoni, pernikahan, kematian, dan sebagainya. Dalam upacara adat tersebut menggunakan bunga atau kembang sebagai salah satu perlengkapan upacara. Setiap bunga memiliki hubungan simbolis dan mengandung nilai-nilai filosofi tinggi yang penting untuk dilestarikan sebagai bentuk warisan budaya Jawa yang bersifat intangible. Jenis bunga yang biasanya digunakan sebagai uborampe dalam upacara Jawa di antaranya mawar, melati, kantil, kenanga, dan sedap malam.
Kamis, 20 Juli 2023 Museum Biologi menerima rombongan dari Komunitas Homeschooling Rumah Ilmu. Komunitas Homeschooling merupakan kumpulan keluarga-keluarga praktisi homeschooling yang melakukan kegiatan bersama dan berbagi sumber daya. Komunitas ini memfasilitasi kebutuhan untuk saling berbagi ilmu, informasi atau diskusi tentang segala hal yang berhubungan dengan pendidikan rumah. Komunitas ini dikoordinasi oleh Mba Nungki, volunteer sekaligus alumni siswa homeschooling. Kunjungan ini merupakan kegiatan outdoor edukatif dan melibatkan partisipasi aktif orangtua serta bisa menjadi titik awal ide dan motivasi bagi orangtua dalam membersamai pendidikan dari rumah. Kunjungan sejumlah 20 orang tersebut dipandu oleh staf museum, Bapak Murdiyanto. Dengan demikian, tepat kiranya museum menjadi media pembelajaran yang akan memberikan pengalaman belajar tersendiri bagi pengunjung museum.
Senin, 17 Juli 2023, dilaksanakan FGD (Focus Group Discussion) FKMK (Forum Komunikasi Museum Kota) dengan tema:”Inovasi dan Kerjasama Dalam Pengembangan Museum” di Hotel Grand Kangen Yogyakarta. Kegiatan ini difasilitasi sepenuhnya oleh Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kota Yogyakarta. Dalam kesempatan tersebut acara dibuka oleh Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kota Yogyakarta, Yetty Martanti, S.Sos.,M.M.
Pada kesempatan tersebut sebagai pembicara kunci ada 2, yaitu Joko Kuntoro (ASITA) dengan materi daya tarik wisata museum dan Ahmad Riyadi (Times Indonesia Regional) dengan materi museum di antara teknologi informasi. Kegiatan diakhiri dengan sesi tanya jawab. Kegiatan FGD tersebut diikuti oleh Kepala-Kepala Museum anggota FKMK yang berjumlah 19 dan pengurus inti FKMK (Forum Komunikasi Museum Kota). Kepala Museum Biologi UGM, Mulyanto, S.T.,M.M, turut hadir pada acara tersebut. Dengan dilaksanakan FGD ini diharapkan museum-museum di kota Yogyakarta dapat menyampaikan inspirasi, ide, gagasan dan permasalahan yang dihadapi museum untuk didiskusikan sehingga akan memperoleh solusi. Hal ini akan dijadikan pedoman bagi Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta sebagai instansi Pembina bagi museum-museum di Kota Yogyakarta untuk menentukan kebijakan dalam upaya pengembangan museum dimasa yang akan datang.
Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kota Yogyakarta menyelenggarakan studi komparasi ke Provinsi Bali pada tanggal 22 – 25 Juni 2023. Kegiatan ini diikuti oleh lima orang pengurus Forum Komunikasi Museum Kota (FKMK), salah satu pengurus FKMK, Ida Suryani, S.S. (staf Museum Biologi). Kegiatan studi komparasi dibersamai oleh Pembina FKMK, Ki Rahmat Bambang Widodo, S.Pd. M.Pd. dan Dewan Kebudayaan Kota Yogyakarta (DKKY) sejumlah tiga orang. Studi komparasi bertujuan untuk menggali informasi permuseuman yang ada di Provinsi Bali, khususnya di Kota Denpasar dan Ubud.