Orang utan banyak dikenal sebagai primata yang berasal dari Pulau Kalimantan. Padahal di Indonesia sendiri terdapat 3 spesies, yaitu: Kalimantan) (Pongo pygmaeus), Sumatera (Pongo Abelii) dan Tapanuli (Pongo tapanuliensis). Meskipun tergolong dalam satwa yang dilindungi oleh hukum nasional, berdasarkan UU nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya tidak cukup mampu menjaga jumlah populasi orang utan. Kini, ketiga spesies tersebut berstatus ‘sangat terancam punah, oleh International Union for Conservation Nature (IUCN) dalam Red Data List tahun 2016. Meskipun statusnya sama, dikutip dari WWF Indonesia status kepunahan spesies Sumatera yang paling terancam punah di antara dua spesies yang ada di Indonesia.
Perlu Sahabat Museum ketahui perbedaan fisik serta karakteristik khusus antara tiga spesies orang utan yang ada di Indonesia. Pertama, Orang utan Sumatera (Pongo abelii). Memiliki ciri fisik kantung pipi yang lebih panjang pada orang utan jantan. Rentang tubuhnya bisa mencapai 1,25 meter sampai 1,5 meter dengan berat berkisar dari 30-50 kg diselimuti bulu berwarna coklat kemerahan. antan dewasa umumnya penyendiri sementara para betina sering dijumpai bersama anaknya di hutan. Rata-rata setiap kelompok terdiri dari 1-2 orang utan dan kedua jenis kelamin mempunyai daya jelajah sekitar 2-10 kilometer yang banyak bertumpang tindih tergantung pada ketersediaan buah di hutan. Setelah disapih pada umur 3,5 tahun, anak orang utan akan berangsur-angsur independen dari induknya setelah kelahiran anak yang lebih kecil. Orang utan Sumatera betina mulai berproduksi pada usia 10-11 tahun, dengan rata-rata usia reproduksi sekitar 15 tahun.
Kedua, Orang utan Kalimantan (Pongo pygmaeus). Memiliki ciri fisik rambut panjang dan kusut dengan warna merah gelap kecoklatan, dengan gradasi warna pada wajah dimulai dari merah muda,merah hingga hitam. Berat badan kisaran 50 kg-90 kg dengan tinggi badan 1,25 meter sampai 1,5 meter demikian merupakan mamalia arboreal terbesar.dilengkapi lengan yang panjang serta jakun yang besar menjadi ciri khas spesies ini untuk mengeluarkan suara yang besar untuk memanggil rombongan orang utan.
Ketiga, Orang utan Tapanuli (Pongo tapanuliensis). Secara genetik spesies ini berbeda dari spesies orang utan lainnya. Orang utan tapanuli memiliki bantalan pipi mirip orang utan borneo namun bentuk badannya lebih menyerupai orang utan sumatera. Bulunya juga lebih tebal dan keriting dengan kumis dan jenggot yang menonjol. Bantalan pipinya cenderung datar dan ditumbuhi rambut halus berwarna pirang. Dengan tinggi jantan mencapai 137 centimeter dengan berat 70-90 kilo gram sedangkan betina memiliki tinggi 110 centimeter dengan berat 40-50 kilogram.
Makanan orang utan sekitar 60% adalah buah-buahan yang terdiri dari nangka, leci, manga durian dan lain-lainnya. Selain itu, orang utan juga mengkonsumsi pucuk daun, serangga, kulit pohon, telur hingga vertebrata kecil. Fakta unik lainnya adalah orang utan tidak hanya mengkonsumsi air dari buah-buahan tetapi juga lubang pohon bahkan diketahui Orang utan Sumatera mengambil buah-buahan di pohon menggunakan ranting kering. Hal tersebut menunjukkan tingkat intelegensi yang dimiliki Orang utan Sumatera.
Dalam rangka memperingati Hari Orang Utan sedunia pada tanggal 19 Agustus kali ini. Marilah bersama-sama kita lebih terbuka terhadap seluruh makhluk hidupn yang ada di sekitar kita. Ambil langkah untuk melindungi dengan tidak terlibat dalam aksi perburuan liar, penebangan pohon, dan tindakan yang membahayakan tempat tinggal orang utan.
Oleh: Adi Guzali (Duta Museum untuk Museum Biologi UGM)