Hiu memiliki banyak spesies. Salah satu yang paling mudah dikenali adalah hiu martil (Sphyrna spp.). Hal ini dikarenakan bentuk kepalanya yang khas, yaitu pipih dan berbentuk martil. Hiu martil memiliki panjang 2 – 6 meter dengan kepala bagian depannya sangat rata dan melebar sehingga berbentuk seperti martil serta dilengkapi 2 sirip punggung dengan sirip ekor sangat tidak simetris, namun cuping bawahnya memisah.
Hiu martil tergolong dalam predator agresif pemakan ikan, cumi-cumi dan udang. Ikan hiu martil hidup di kawasan perairan hangat sepanjang garis pantai dan paparan benua. Ikan hiu martil juga memiliki peran penting untuk menjaga keseimbangan ekosistem laut sebagai predator puncak. Bentuk kepala ikan hiu martil yang menyerupai martil memudahkannya untuk berbelok. Ikan hiu martil juga memiliki pori sensor electrolocation yang disebut ampullae of lorenzin. Dengan menyebarkan reseptor di berbagai area, hiu martil dapat mencari mangsa dengan lebih efektif. Hiu juga mampu mendeteksi sinyal listrik setengah miliar volt. Kepala yang berbentuk seperti martil juga memberikan keuntungan berupa area penciuman yang lebih luas, meningkatkan potensi menemukan partikel di air sedikitnya 10 kali dibandingkan dengan hiu ‘klasik’ lainnya.
Hiu martil sendiri memiliki 9 (sembilan) spesies yang tersebar di seluruh dunia, 3 (tiga) spesies di antaranya tercatat Apendiks II CITES sebagai hewan langka. Pertama, hiu martil jenis Sphyrna lewini, yang merupakan jenis yang paling umum ditemukan di Indonesia, dikenali dengan bentuk ujung kepala yang sedikit melengkung dengan adanya lekukan di bagian tengahnya dan sisi samping di belakang mata berbentuk cekung. Kedua, hiu martil besar (S. mokarran) memiliki ujung kepala yang relatif rata dengan sedikit lekukan di tengahnya dan bagian sisi samping di belakang mata terlihat relatif lurus. Ketiga, hiu martil halus (S. zygaena) memiliki bentuk ujung kepala yang melengkung tanpa ada lekukan di bagian tengahnya, sedangkan bagian sisi samping di belakang mata terlihat melengkung ke belakang.